Makalah Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional




MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
TENTANG
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL
















DI SUSUN OLEH:

·         KARISNA WIJAYANTI
·         FATIHATUS SA’ADAH
·         SULIS STYOWATI
·         RETNO SRI RAHAYU
·         SILVYA PUTRIANI







SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN SALATIGA)
TAHUN 2014




KATA PENGANTAR

Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada saya. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Kami sebagai penyusun makalah, alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah “Pendidikan Kewarganegaraan” tentang “Pengaruh Globalisasi Terhadap Identitas Nasional”. Dan makalah ini saya ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami bagaimana pengaruh dari Globalisasi terhadap Identitas Nasional.
Saya menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT. Amin.












Penyusun,













BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan nilai-nilai budaya dan sejarah, yang tentunya budaya dan sejarah tersebut mempengaruhi semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah air.
Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat di akses oleh siapapun dan kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta penerapan-penerapan akan pola yang diterapkan oleh Negara lain.
Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran jaringan informasi dan budaya global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah Negara berkembang dengan tingkat populasi yang selalu meningkat dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses informasi baik itu dalam bentuk informasi data maupun informasi global yang termasuk di dalamnya unsur-unsur budaya asing yang notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan bahkan identitas nasional dari suatu bangsa itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Globalisasi ?
2. Apa itu Identitas Nasional ?
3. Apa pengaruhnya Globalisasi terhadap Identitas nasional ?



















BAB III
PEMBAHASAN

A.    Identitas Nasional
1.      Pengertian Identitas nasional
Dilihat dari segi bahasa identitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri adalah suatu yang menandai suatu benda atau orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti :
a.       Identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau sebuah benda.
b.      Identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang.

Sedangkan nasional berasal dari bahas inggris “national” yang dapat diartikan sebagai warga negara atau kebangsaan. Jadi identitas nasional berasal dari kata “national identity” yang dapat diartikan sebagai kepribadian nationa atau jati diri national. Kepribadian nasional atau jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa. Indentitas nasional terbentuk sebagai rasa bahwa bangsa indonesia mempunya pengalaman bersama, sejarah yang sama dan penderitaan yang sama dan penderitaan yang sama. Identitas nasional diperlukan dalam interaksi karena di dalam setiap interaksi para pelaku interaksi mengambil suatu posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung, maka dalam berinteraksi seorang berpedoman kepada kebudayaannya. Jika kebudayaan di katakan bagian dari identitas nasional maka kebudayaan itu juga dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.
Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Uraiannya mencakup:
·         Identitas Manusia
Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan monopluralistik. Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain dipengaruhi keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang menentukan identitas manusia baik secara individu maupun kolektif adalah perpaduan antara keunikan-keunikan yang ada pada dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya.

·            Identitas Nasional
Identitas nasional Indonesia bersifat pluralistik (ada keanekaragaman) baik menyangkut sosiokultural atau religiositas. Identitas fundamental/ ideal = Pancasila yang merupakan falsafah bangsa. Identitas instrumental = identitas sebagai alat untuk menciptakan Indonesia yang dicita-citakan. Alatnya berupa UUD 1945, lambang negara, bahasa Indonesia, dan lagu kebangsaan. Identitas religiusitas = Indonesia pluralistik dalam agama dan kepercayaan. Identitas sosiokultural = Indonesia pluralistik dalam suku dan budaya. Identitas alamiah = Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.

·         Nasionalisme Indonesia
Nasionalime merupakan situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan langsung kepada negara bangsa. Nasionalisme sangat efektif sebagai alat merebut kemerdekaan dari kolonial. Nasionalisme menurut Soekarno adalah bukan yang berwatak chauvinisme, bersifat toleran, bercorak ketimuran, hendaknya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Integratis Nasional Menurut Mahfud M.D integrai nasional adalah pernyataan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masayarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih untuh, secara sederhana memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan, kebijaksanaan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membersakan SAR. Ini perlu dikembangkan karena pada hakekatnya integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa.KesimpulanIdentitas Nasional Indonesia adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas.

2.      Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu dari masyarakat internasional,memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbedadengan bansa lain di dunia.tatkala berkembang menuju fase nasionalisme modern,diletakanlah prinsi-prinsip dasar filsafat sebagai asas dalam hidup berbanngsa dan bernegara. Para pendiri Negara akan pentingnya dasar  filsafat ini,kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan yangakan meletakan dasar filsafat bansa dan Negara yaitu BPUPKI.prinsip –prinsip dasar itu di temukan oleh para pendiri bansa tersebut yang di angkat dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia,yang kemudian hari diabstrasikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat  neggara pancasla. Jadi dasar sifat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yyang bersumber pada kepribandianya sendiri. Hal ini menurut Titus dikemukakan bahwa salah satu fungsi filsafat adlah kkeduduukanya sebagai suatu pandanagn hidup masyarakat (Titus,1984).
Dapat pula di katakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bansa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber apada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang di miliki o;eh bangsa Indonesia sebagai kepribadiann bangsa. Jadi filsafat pancasiila itu  bukan muncul secara tiba-tiba dan di paksakan oleh suatu rezim atau penguasa  melainkan melalui suatu fasse historis yana cukup panjag. Pancasila sebelum di putuskan secara yuridiis dlam pembukaann UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara indoonesia,nilai-nilainya  telah ada pada bangsa Indonesia,dalam kehidupan sehari-harisebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi pancasiila yang berupa nilai-nilaii tersebuttidak lain adalah dari bangsa Indonesia itu sendiri. Dalam pengrtian seperti ini menurut notonegoro bangsa Indonesia sebagai kausa matrealis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian di angkat dan di rumuskan secara formal oleh para pendiri Negara untuk di jadikan ssebagai dasar Negara republic Indonesia. Proses perumusan materi pancasila secara formail tersebut dilakukan dalam siding-sidang BPUPKI pertama, siidang  “panitia 9”, siding BPUPKI kkedua,serta akhirnya di syahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat Negara republic Indonesia.

3.      Faktor –faktor pendukung lahirnya Identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat,cirri khas serta keunikan sendiri-sendiri,yang sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mendukung identitas nasional tersebut. Adapun factor-faktor yang mendukung identitas nasional bangsa Indonesia meliputi (1) factor objektif,yang meliputi factor geografis,ekologis dan demografis, (2) factor subyektif,yaitu factor histori,social,politik,dan kebudayaan yang di milki bangsa Indonesia (suryo,2002).
Kondisi geografis-eklogis yang membentu Indonesia sebgai wilayah kepulaun yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di asia tenggara,ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis ,ekonomis,social dan cultural bangsa Indonesia. Selian itu factor historis yang di miliki  Indonesia ikut mempengaruhi masyarakat bangsa Indonesia beserta identitasnya melalui interaksi berbagai factor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai factor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat,bangsa,dan Negara bangsa beserta identitas bangas Indonesia,yang muncul tak kala nasioonalisme berkembangdi Indonesia pada awal abad XX.
Robert De Ventos sebagaimana dikutip manuel castelle dalam bukunya,the power of identity(suryo,2002),mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat factor penting,yaitu factor primer,factor pendorong,factor penarik dan ffaktor reaktif. Factor pertama,mencakup etnisitas, territorial,bahasa,agama dan sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun dari berbagai macam etnis ,bahasa ,agama wilayah serta bahasa daerah,merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Unsure-unsur yang beraaneka ragan yang msaing-masing memmiliki cirri khasnya sendiri-sendiri  menyaytukan diri dalam suatu persekutuan hidup bersama yaitu bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanakaragaman,dan hal inilah yang di kenal dengan bhineka tunggal ika. Factor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan tekhnologi,lahirnay angkatan bersenjata modern dan pembangunan lainya dalam kehidupn Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemmajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan Negara dan bangsaya juga merupakan suatu identitas nsaional yang bersifat dinamis oleh kerena itu bagi bangsa indonesia  proses  pembentukan identitas  nasional yang dinamis ini sangat di tentukan oleh tingakat kemampuan dan presstasi bangsa Indonesia dalam membangun bangsa dan negaranya. Dlam hubungan ini sangat diperlukan persatuan dan kesatuan bangsa,serta langkah yang sama dalam memajukan bangass dan Negara Indonesia. Factor ketiga,mencakup kodifikasi bahsa  dalam gramatika yang resmi,tumbuhnya birokrasi,dan pemantapan sisatem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan bahasa persatuan dan kesatuan nasional,sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi Negara dan bagsa Indonesia. Bahasa melayu telah di pilih sebagai bahasa antar etnis yang ada di Indonesia,meskipun masing-masing etnis atau daerah Indonesia telah memiliki bahasa daerah masing-masing . demikian pula menyangkut birokrasi serta pendidikan nasional telah di kembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih senantiasa di kembangkan. Factor keempat,meliputi penidasan,dominasi,dan pencarian identitas alternif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir 3 setengah abad dikuasai bngsa lain sangat dominan dalm mewujudkan factor keempat melalui memori kolrktif rakyat Indonesia. Penderitaan,dan kesengasaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan kemerdekaan merupakan fator yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan,pengorbanaan,menegakan kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Keempat factor tersebut pada dasarnya mencangkup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia,yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemrdekaan dari penjajah bangsa lain. Pencarian identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya, elekat erat dengan perjuangan bangsa inndonesia untuk membangun bangsa dan konsep nama Indonesia. Bangsa dan Negara ini di bangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan di bangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan Negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat dengan erat dengan unsure-unsur lainya seperti social,ekonomi,budaya,etnis,agama serta geografis, yang sali Kebudayaan Nasional Indonesia.
Kebudayaan sebagai hasil karya, karsa dan cipta manusia yang digunakan untuk menghadapi lingkungan dimana manusia itu hidup. E.B. Tylor (dalam suhandi, 1987 : 31) memberikan definisi kebudayaan yaitu : “kebudayaan atau peradaban adalah keseluruhan yang kompleks, didalamnya terdapat ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai annggota masyrakat”. Di dalam definisi tersebut disatukan antara pengertian kebudayaan dengan peradaban, tetapii koentjiningrat (1980: 193-196) berdasarkan ilmu antropolgi membedakanya menjadi 2 pengertian, sebgai berikut:
a.      Kebudayaan (culture) yaitu keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
b.      Peradaban (civilization) yaitu biasa dipakai untuk menyebut unsure-unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah, seperti missalnya : kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah peradaban sering juga di pakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai system tekhnolog, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan system kenegaraan dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Dengan demikian, kebudayaan memilki arti yang luas di bandingkan dengan peradabaan yang merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri, sehingga kebudayaan meiliki pengertian beberapa hal yang menyangkut :
a.       Tingkah laku
b.      Hasil-hasil tingkah laku; dan
c.       Aturan-aturan tingkah laku yang terpola dalam kehidupan masyarkat.
Dengan demikian, menurut undang-undang dasr 1945 bahwa kebudayaan nasional berasal dari kebudayaan kebudayaan daerah dan unsur-unsur  kebudayaan asing yang sifatnya positif sebagai hasil seleksi dengan mengambil unnsur-unsur yang diperlukan untuk pembangun nasional. Bangsa Indonesia  merupakan salah satu unsur kebudayaan dan memiliki peranan penting dalam memperkaya kebudayaan nasional, yang juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar suku bangsa, sehingga bangsa Indonesia merupak  alat perstuan dan pemersatu, seperti yang tercantum dalam undang-undang dasar 1945 yang berbunyi, bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.
Dalam mencari kebudayaan nasional Indonesia, beberapa ahli telah mengusulkanya pada permusyarwaratan perguruan Indonesia di solo tahun 1935, diantaranya ialah:
a.       Sutan takdir alisjahbana, menyatakan kebudayaan Indonesia ebagai suatu kebudayaan yang Universal (barat): unsure-unsur yang di kreasikan terutama yang masih langkah dimilki masyrakat Indonesia masa itu, antara lain:
1)      Tekhnologi(maju)
2)      Ekonomi(maju)
3)      Keterampilan berorganisasi
4)      Ilmu pengetahuan
Upaya mengkreasikan kearah itu dapat dicapai lewat  usaha memprtajam rasio(akal) masyrakat Indonesia dengan mengambil allih dinamisme barat. 
b.      Sanusi pane.
Menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai kebudayaan timur, harus mememntinngkan unsure-unsur kerohanian, perasaaan, dan gotong royong dan manusia Indonesia tidak boleh melupakan alur sejarahnya.
c.       Poerbatjaraka
Menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di nusantara. Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari sejarah kebudayaan sendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikelompokan menjadi 2 persepsi yang berbeda, yaitu:
a.       Suatu persoalan bagaimana membuat generasi muda yang akan menjadi manusia Indonesia  (baru) supaya cerdas, mengahargai karya sendiri, menyadari, dan dinamis. Dalam hal ini alisjhabana berpendapat bahwa sifat-sifat ini masih langka pada manusia Indonesia(di saat itu). Pengembangan kualitas generasi muda ini, hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan yang lebih berorientasi pada system dan metode pendidikan barat.
b.      Terlepas dari kualitas yang  masih langka bagi manusia Indonesia (pada saat  itu), persepsi yang lainya menekankan, bagaiman  seharusnya wujud pendidikan Indonesia yang mementingkan pengembangan aspek-aspek budi luhur, perasaan halus, berkualitas tinggi, mentalitas yang suka  berkorban.




4.      NILAI-NILAI PANCASILA DAN UUD 1945
a.       Pancasila
1)      Ketuhanan Yang Maha Esa
Makna sila ini adalah:
·         Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan               kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
·         Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
·         Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
·         Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

2)      Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Makna sila ini adalah:
·         Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
·         Saling mencintai sesama manusia.
·         Mengembangkan sikap tenggang rasa.
·         Tidak semena-mena terhadap orang lain.
·         Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
·         Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
·         Berani membela kebenaran dan keadilan.
·         Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3)      Persatuan Indonesia
Makna sila ini adalah:
·         Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
·         Rela berkorban demi bangsa dan negara.
·         Cinta akan Tanah Air.
·         Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
·         Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
·          
4)      Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Makna sila ini adalah:
·         Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
·         Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
·         Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
·         Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi dengan semangat kekeluargaan.

5)      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Makna sila ini adalah:
·         Bersikap adil terhadap sesama.
·         Menghormati hak-hak orang lain.
·         Menolong sesama.
·         Menghargai orang lain.
·         Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.




















B.     Globalisasi
1)      pengertian menurut para ahli.
a.       Achmad Suparman
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan            ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
b.      Peter Drucker
Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
c.       Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
d.      Theodore Levitte
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya danagama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
e.       E. Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
f.        Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. 
g.      Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu G.A.G.McGrew  Globalisasi, mengacu pada keseberagaman hubungan dan saling keterkaitan antara negara dan masyarakat yang membentuk sistem dunia modern.
Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa kosekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain
h.      Malcom waters, seorang professor sosiologi dari Universitas Tasmania, berpendapat, globalisasi adalah sebuah proses social yang berakibat pembatasan geografis pada keadaan social budaya menjadi kurang penting yang terjelma di dalam kesadaran orang.
i.        Emanuel richter, guru besar pada ilmu politik Universtas Aashen, Jerman, berpendapat, bahwa globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan yang menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
j.        Princenton N Lyman, mantan duta besar AS di Afrika Selatan, berpendapat bahwa globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
k.      Selo Soemardjan, bapak Sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa Globalisasi adalah terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti system dan kaidah yang sama.
l.        Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
m.    Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi.
n.      Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia, transformasi hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja, masyarakat telah berubah kembali baik dalam pandangan mengenai dunia, nilai-nilai dasar, struktur politik dan sosial, maupun seni. Lima puluh tahun kemudian muncullah sebuah dunia baru.
o.      Thomas L. Friedman menyimpulkan Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
p.      David Yafee menjelaskan globalisasi adalah sebuah istilah ideologis yang mencakup semua ekspansi modal yang menggila di seluruh dunia.[14] Globalisasi juga merupakan deskripasi dan perskripsi. Sebagai deskripsi, globalisasi mengacu pada perluasan dan penguatan arus perdagangan, modal, teknologi dan informasi internasional dalam sebuah pasar global tunggal yang menyatu. Sebagai preskripsi globalisasi meliputi liberlisme pasar global dan pasar nasional dengan asumís bahwa arus perdagangan bebas, modal dan informasi akan menciptakan hasil yang terbaik  bagi pertumbuhan dan kemakmuran manusia. 

2.      Pengertian Globalisasi Secara Umum.
a.       Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
b.      Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan 
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
c.       Globalisasi adalah term lama yang telah dilontarkan. Dalam term tersebut batas-batas geografis dan demografis menjadi fana; pendidikan, ekonomi, hingga ilmu pengetahuan akan semakin terbuka. Siapapun dan dimanapun keberadaannya dengan paspor globalisasi dia akan bisa melakukan transaksi bisnis di negara yang mungkin tidak pernah dikunjungi sekalipun.
d.      Globalisasi adalah suatu kemutlakan. Proses globalisasi seimbang dengan kehidupan manusia dan sepanjang sejarah manusia. Sebab, selalu terdapat upaya manusia untuk mendekatkan diri antara satu sama lain atau dengan komunitas lainnya untuk mencari titik persamaan; yang menurut priramida kebutuhan Maslow adalah hakekat pencarian jati dirinya.
e.       Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
f.       Globalisasi sendiri diambil dari kata global yang artinya universal. menurut wikipedia pengertian globalisasi tidak atau belum mempunya definisi tetap dan mapan, globalisasi hanya merujuk pada  definisi kerja (working definition), artinya pengertian globalisasi bisa jadi sanagt luas cakupanya tergantung bagaimana pengguna menempatkan. Ada sebagain yang berpendapat bahwa globalisasi merupakan proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara berada dalam ikatan yang semakin kuat  untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan baru atau kita bisa mengatikan kesatuan ko-eksistensi yang nantinya akan mengahpus batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Penertian ini didukung oleh pihak yang mendukung terjadinya sebuah evolusi sosial ekonomi dan budaya
g.      Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa kosekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain
h.      Globalisasi adalah sebuah istilah yg digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan dalam masyarakat (changes) dan dalam perekonomian dunia yang dihasilkan oleh meningkat pesatnya perdagangan dan pertukaran kebudayaan. Dalam arti ekonomi, globalisasi mengacu terutama pada liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas ( free trade). w ikipedia Encyclopedia.
i.        globalisasi berkaitan dengan perubahan-penubahan semesta yang sedang terjadi dewasa mi yang faktor dominannya adalah ekonomi (termasuk uang sebagai sibernetikanya), ilmu dan tehnologi, khususnya tehnologi mnfonmasi, dan tehnologi penguasaan energi.
j.        globalisasi berkaitan dengan segala apa yang mempunyai sifat transnasional, yang mungkin tidak hanya sekanang mi saja, bahkan mungkin sudah sejak zaman dahulu. Misalnya saja agama-agama yang kiranya sejak dahulu sudah memiliki lingkup dan cakupan tnansnasional (bahkan dahulu ada istilah supranasional) ilmu pengetahuan serta kesenian (musik misalnya).

3.      Ciri Ciri berkembangnya Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
a.       Ciri umum
b.      Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
c.       Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
d.      Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidangfashion, literatur, dan makanan.
e.       Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain

4.      Ciri khusus.
a.       Globalisasi sebagai kelanjutan dan modernisasi.
Globalisasi sesungguhnya tidaklah datang secara mendadak. Ada masukan­masukan dan masa Iampau yang kemudian berakumulasi dan bermuara kepada apa yang terjadi dewasa ml. Dalam hal mi globalisasi perlu diselami sebagai kejadian yang mempunyai Iatar belakang sejarah Barat dan Eropa. Globalisasi merupakan gelombang lanjutan dan runtuhnya abad pertengahan Eropa yang serba keagamaan melahirkan jaman modern, di mana manusia berusaha mewujudkan sistem alternatif non-keagamaan yang sifatnya kokoh dan semesta. Humanisme dan renaisance dan kemudian gelombang Enl,~ihtenment atau Aufklarung merupakan awal dan kebangkitan modern tersebut. Faktor-faktor dominan yang menggerakkan adalah ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, hasrat akan kemerdekaan dan kehausan akan kekuasaan. Perubahan tersebut menjadi awal dan gerak evolusi dan bahkan koevolusi yang bergerak terus yang sifatnya menjadi ekspansif dan akumulatif diberbagai bidang kehidupan manusia, yang kemudian pada saat mi bermuara menjadi perubahan besar yang dinamakan globalisasi tersebut.
b.      Bidang Ekonomi. Sebetulnya faktor terpeniting di dalam terjadmnya modernisasi itu adalah faktor ekonomi. Lahirnya jaman modern meruntuhkan tata ekonomi feudal digantikan dengan tata ekonomi kota. Tata ekonomi kota lebih lanjut tumbuh dan melahirkan tata ekonomi nasional dalam anti ekonomi negara (nation states~. Interaksi balk yang bersifat konfliktif maupun asosiatif dan ekonomi nasional (ekonomi negana) mi tebih lanjut melahirkan sistem ekonomi intennasional. Pnoses evolusi dan koevolusi dan suasana ekonomi internasional mi berakumulasi dan melahirkan tahap ekonomi trans nasional yang merupakan salah satu cmi utama dan apa yang dinamakan globalisasi tersebut. Di dalam fase mi maka ekonomi telah bergerak melintasi batas­batas nasional sementara negara bangsa tidak Iagi menjadi faktor utama yang menentukan.
c.       Bidang Kemasyarakatan
a.       Sebagai reaksi terhadap golongan bangsawan yang disebut sebagai “eerste stand’ dan golongan agama sebagai “tweede stand’ maka jaman modern melahirkan apa yang disebut sebagai “derde stand” yang juga disebut sebagai “burgerl(/k” (civil). Fakton ekonomi memang telah menjadi pemicu Iahirnya golongan ketiga in Munculnya golongan ketiga mi mungkin dapat dipandang sebagai konsep civil socieity generasi pertama. Sifatnya masih reaktioner opositif terhadap golongan Iawannya. Di dalam perkembangannya maka lahinlah konsepsi-konsepsi sistem kemasyarakat-an non keagamaan, antara lain di dalam konsep hak-hak asasi, kemerdekaan, netaionalisme, demokrasi, republik, hukum, namun juga berbagai sistem kekuasaan balk ideologi, politik maupun ekonomi. Inilah konsep civil society generasi kedua yang intinya adalah upaya membangun sistem alternatif non keagamaan yang sifatnya semesta, balk idiil maupun operasionalnya. Lahinlah misalnya konsep sistem liberal, sistem kapitalis, sistem sosialis, komunis dan lain sebagamnya. Pada fase mi kekuasaan merupakan titik berat penhatian, di mana negara bangsa dipandang sebagai institusi alternatif non keagamaan yang sifatnya ideal. Sejalan dengan perkembangan ekonomi yang bengerak dan fase internasional kepada fase tnansnasional, maka tenjadi pula pergeseran dan fase civil society generasi kedua kepada fase society generasi ketiga. Dalam fase mi manusia melihat bahwa essensi dan pemberontakan modern adalah melawan kekuasaan yang ada pada abad pentengahan tersebut. Maka itu essensi dan alternatif yang dicita-citakan adalah membebaskan manusia dan segala apa yang dinamakan kekuasaan. Negana, institusi, stnuktur, balk politik, ekonomi, hukum maupun militer, dipandang sebagai wujud dan apa yang dinamakan kekuasaan yang bagaimanapun akan selalu membawa manusia kedalam jurang dehumanisasi. Itulah sebabnya maka konsep civil sosiety generasi ketiga cenderung melepaskan manusia dan masyarakat dan segata bentuk institusi kekuasaan maupun stnuktur itu. Sepenti halnya di dalam konsep generasi kedua tenjadi sikap memisahkan agama dan dunia dan manusia sampai kepada memusuhi agama dan bahkan memusuhi dan rnembuangkan Tuhan (seku/arisasi sekular,dan atheisme), maka pada generasi ketiga mi ada berbagai vaniasi sikap dan yang memisahkan negara dan masyanakat sampai kepada sikap yang memandang penlunya negara dan segala institusi kekuasaan dan stnuktun itu dihancunkan dan dibinasakan (Eksistensiallsme, strukturalisme, neomarxisme, post modernicme). Dalam fase akhin mi kelanjutan dan evolusi modernisasi nampak menggejala di dalam genak anti modennisasi itu sendini, apabila hakikat modernisasi adalah kekuatan dan kekuasaan.
d.      Bidang Ilmu dan Teknologi
e.       Humanisme dan nenaisance memacu terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan khususnya yang empinis dan mengenam alam kosmika/. Di dalam perkembangannya pada jaman Aufk/arung maka tumbuh perkembangan ilmu menjadi makmn kuat. Evolusi ilmu dan teknologi menunjukkan betapa pada awalnya kedua hal mi tidak langsung benkaitan dengan perkembangan ekonomi akan tetapm kemudian ilmu, teknologi dan ekonomi menjadi suatu koevolusi yang makin manunggal. Revolusi industni I melahinkan masyarakat industni modern awal, didukung oleh peradaban industni yang tendini dan ilmu pengetahuan positif modern dan teknologi. Revolusi industni kedua melahirkan apa yang disebut sebagai rnechanisation society (mass production) didukung oleh lahinnya science controlled technology Dan fase controlled technology mi manusia mengembangkan lebih lanjut automatisasi (automatic controlled technology~ yang benmuara kepada sibernetika. Sibernetika inilah mendonong tenjadmnya automation society Sibemetika dan fase automation society inilah yang kemudian melahirkan nevolusi industni III yang amat besan pengaruhnya tenhadap informasi, komunikasi, tnansportasi, dan penguasaan sumben-sumben energi. Terjadinya nevolusi industri III di dalam suasana automation society yang didukung oleh kekuatan sibernetika dan penguasaan sumber-sumber enengi itulah yang menyebabkan (dan mungkin menjadi salah satu fakton) tenjadinya perubahan dan fase intennasional kepada fase transnasional serta lahinnya konsep civil society generasi ketiga. Ekonomi menjadi bersifat tnansnasional ketika sibernetikanya enengi ekonomi yaitu sistem moneten juga masuk ke dalam roda automation society mi. Kita memang belum benhenti. Ilmu dan tehnologi yang pada awalnya hanya menjamah alam di luan manusia telah pula menembus alam di dalam din manusia sendini. IImu biologi telah membawa manusia memasuki bio -technology, dan bahkan bengabung dengan psikologi telah mulai memasuki medan psycho bio technology, yang mungkin akan menjadi medan utama untuk penkembangan umat manusia di masa yang akan datang.

5.      Sejarah Globalisasi.
Sejarah Globalisasi secara umum merupakan suatu fenomena yang dalam pandangan orang awam isiny berupa kemajuan, tetapi apa yang terjadi sesungguhnya tidaklah seindak yang dibayangkan. Globalisasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya berisi tantangan sekaligus ajakan untuk menciptakan sistem perdagangan yang bebas hambatan. Sebagai suatu fenomena, globalisasi bukan sesuatu yang ada begitu saja jatuh dari langit (taken for grannted), tetapi ia merupakan suatu proses  yang dalam perjalanan waktu menimbulkan pro dan kontra sampai saat ini mengenai keberadaannya. 
Globalisasi merupakan serangkaian proses yang kompleks, bukan proses tunggal dan semua ini berlangsung dalam wujud yang kontradiktif atau bertentangan satu sama lain. Kebanyakan orang memandang globalisasi hanya sebagai pengaruh atau daya ”yang bergerak meninggalkan” bangsa dan komunitas lokal memasuki arena global, dan inilah salah satu konsekuensinya. Bangsa-bangsa memang kehilangan sebagaian kekuataan ekonominya, namun demikian globalisasi juga mempunyai dampak yang sebaliknya. Globalisasi tidak hanya menarik ke atas, melainkan juga mendorong ke bawah, menciptakan tekanan-tekanan baru bagi otonomi lokal.  Semua negara di dunia telah bersiap-siap menghadapi sebuah era yang membuat perbatasan negara tidak lagi mempunyai arti penting, terbukanya pasar dalam negeri bagi produk-produk asing dan serbuan budaya dari negara-negara pengekspor produk-produk itu. Tidak semua negara memang siap menghadapi era ini, tetapi sebagaimana dikatakan oleh Anthony Giddens, entah baik atau buruk, kita didorong masuk ke dampaknya dapat dirasakan oleh kita semua. Oleh karena itu negara-negara yang ada ini didorong untuk berkompetisi dalam pasar bebas dan sebagaimana layaknya sebuah persaingan tentu ada yang jadi pecundang dan pemenang. Bagaimana dengan Indonesia ? Berbagai pertanyaan muncul berkaitan dengan kesiapan Indonesia menghadapi  globalisasi ini. Sebagai titik tolak dari pembahasan ini, kata-kata Presiden Soeharto, dalam pertemuan APEC di Bogor yaitu “mau tidak mau, suka tidak suka, kita bisa menghindar dari arus besar globalisasi”. Jika dilihat keadaan perekonomian saat ini (dan seharusnya disadari oleh Soeharto dan Tim Ekonominya pada waktu itu) kata-kata tersebut sebenarnya menjerumuskan Indonesia ke dalam jurang tanpa dasar atau terjun bebas ke medan yang tidak ketahui situasinya.
Menarik dari kesepakatan internasional yang telah dicapai dan menutup diri dari perkembangan ekonomi pasar juga bukan merupakan langkah yang bijak, apalagi di tengah-tengah tekanan IMF, WTO dan World Bank yang telah mengucurkan bantuannya ke Indonesia sebagai paket bantuan dalam menghadapai krisis ekonomi.[8] Akibatnya, belum lagi Indonesia pulih dari puing-puing krisis ekonomi dan belum siapnya industri dalam bersaing di pasar bebas, kita telah diterjang dengan berbagai produk yang membanjiri pasar-pasar Indonesia. Dalam hal ini tentunya kita harus berpandangan optimis bahwa sedikit saja peluang yang ada jika betul-betul dimainkan dengan benar akan memberikan manfaat bagi bangsa ini. Tulisan ini mencoba mencermati bagaimana kita memandang globalisasi dan apa yang harus dilakukan agar pada era globalisasi ini kita tidak selalu menjadi bangsa pecundang.
Sejarah Globaliisasi menurut  James Petras Kebeadaan globalisasi tidak jatuh dari langit, artinya ia ada karena sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu yang menginginkan dengan tujuan-tujuan tertentu yang telah digariskan. James Petras dalam sebuah artikelnya menyebutkan adanya tiga argumen dasar yang dipakai oleh para pakar untuk menjelaskan perkembangan globalisasi. Ketiga argumen dasar tersebut:
1.      kemajuan teknologi atau revolusi teknologi informasi, 
2.      permintaan pasar dunia,
3.      logika kapitalisme atau logic of capitalism.

Menurut Petras, ketiga argumen dasar itu sesungguhnya lemah dan gagal dalam menjelaskan perkembangan globalisasi. Alasan pertama dan kedua tidak serta merta menjadi globalisasi itu ada tetapi lebih pada campur tangan kekuatan-kekuatan yang ada di baliknya, yaitu kekuatan sosial politik atau institusi  pemerintah maupun organisasi-organisasi yang telah dikuasai oleh Multinational Corporasion maupunTransnational Corporasion ). Argumen ketiga merupakan argumen yang historis dan sosial. Argumen ini menggaburkan peran begitu banyak aktor dan begitu banyak negara yang mencoba mengintervensi dan mempertajam gerak modal. 
Untuk menguji kebenaran dari tesis James Petras ini, tentunya kita harus melihat globalisasi dari perspektif historis. Paul Hirst dan Grahame Thomson melihat perkembangan globalisasi ini dari sisi sejarah kegiatan perusahaan ke seluruh dunia. Mereka berdua mencatat pada abad ke -14 telah terjadi perdagangan di Eropa Barat dan daerah Levant. Pada abad ke-17 dan 18, dengan dukungan dari negara, berdiri perusahaan-perusahaan besar kolonial seperti Duth East India Company, British East India Company, Mocovy Company, Royal Africa Company dan Hudson Bay Company. Semua perusahaan itu mempelopori perdagangan berskala besar  di wilayah yang kelak menjadi wilayah jajahan yang penting. 
James Petras sendiri membagi sejarah globalisasi menjadi tiga fase. Fase pertama dimulai pada abad 15. Di sini globalisasi pada awalnya tidak dapat dilepaskan dari imperalisme sebagai pilar utama dalam pengakumulasian modal kaum kapitalis Eropa yang dicapai dengan menghisap dunia ketiga. Fase kedua dibangun pada era inter imperial trade. Dalam tahap ini globalisasi telah melibatkan kompetisi dan kolaborasi, perjuangan antara preusan multinacional di satu negara untuk merebut sebuah pasar  dan juga kolaborasi antar mereka sendiri untuk mengeksploitasi pasar  tersebut. Fase ketiga merupakan fase internacional trade. Perdagangan internasional atas komoditi dari jeringan global maupun regional telah memberikan karakter kelas dalam globalisasi. Pada fase ketiga ini agen utamanya dalam MNCs /TNCs yang telah menggantikan peran perusahaan dagang dalam mengeksploitasi dan menghisap sumber tenaga verja murah di dunia ketiga. 
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Namun sebenarnya globalisasi sudah mulai muncul sejak berabad-abad yang lalu, bila ditelusuri.

 Fase-fase Globalisasi :
a.       Fase pertama, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Para pedagang Cina dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat ( jalur sutera ) maupun jalan laut untuk berdagang.
b.      Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika.
Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang meliputi Jepang, Cina, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, Pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia dan Genoa. Kaum pedagang Muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
a.       Fase selanjutnya ditandai kebutuhan akan bahan baku industri, yang mendorong eksplorasi besar-besaran oleh bangsa Eropa, Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia.
b.      Fase selanjutnya ditandai semakin berkembangnya industri dan kebutuhan bahan baku serta pasar yang kemudian mendorong berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indonesia contohnya sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan  Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia seperti Freeport dan Exxon dari AS, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris.
c.       Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.

Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi . Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur. Di bidang politik terdapat sejarah globalisasi, proses globalisasi di bidang politik masih belum bisa dijalankan dengan baik, atau bisa dikatakan : mungkin tidak akan dicapai. Sebagai lembaga dunia, PBB turut berpartisipasi dalam menjalankan politik pemerintahan dalam suatu Negara.
Masalah politik sangat rawan dalam peperangan. Contoh: ada beberapa tindakan yang pernah dilakukan oleh Amerika Serikat, yakni: saat amerika melakukan penyerangan terhadap Libya yang dituduh memiliki pabrik senjata untuk memproduksi senjata kimia besar-besaran. Namun saat peneliti PBB menyelidiki hal tersebut, ternyata tidak ditemukan pabrik senjata seperti yang dituduhkan Amerika Serikat.  Amerika sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB serta satu-satunya Negara adikuasa menerapakan standart ganda, dengan menjalankan kebijakan yang hanya menguntungkan kepentingan negaranya saja. Sejrah globalisasi juga ada Di bidang ekonomi Menjelang akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, kegiatan ekonomi masyarakat dunia meningkat pesat. Persaingan ekonomi sangat jelas dalam bidang industri. Yakni, masing-masing Negara industri berusaha mendapatkan pasar bagi barang-barang hasil industrinya. Pelaksanaan ekonomi global diawali dengan adanya kesepakatan pelaksanaan ekonomi secara regional/kawasan. Contoh: pelaksanaan ekonomi di Negara-negara Eropa yang diawali dengan penyatuan mata uang yang sah dikawasan Eropa (mata uang Euro).
Sedangkan Negara-negara dikawasan Asia Pasifik mengadakan serangkaian pertemuan dalam APEC(Asia Pasific Economi Cooperation) yang metetapkan bahwa kawasan Asia Pasifik akan menjadi kawasan perdagangan bebas untuk semua anggota APEC pada tahun 2020. Oleh karena itu, nilai-nilai kerjasama baik dalam bentuk regional atau global sangat besar artinya dalam kehidupan sebuah bangsa. Nilai-nilai yang bermanfaat diantaranya :
·         Nilai persahabatan antarbangsa
o   Jalinan persahabatan antarbangsa di dunia merupakan masalah yang sangat penting untuk diperhatikan, karena melalui persahabatan antarbangsa akan dapat berperan dalam menyelesaikan setiap masalah-masalah yang sedang dihadapi, maupun yang sedang dihadapi oleh bangsa-bangsa lainnya.*     
·         Nilai kemanusiaan
o   Masalah kemnusiaan menjadi masalah Internasional yang perlu mendapat perhatian khusus. PBB menaruh perhatian yang sangat besar terhadap masalah-masalah Hak Asasi Manusia.
·         Nilai musyawarah dan mufakat
·         PBB sebagai lembaga/badan dunia selalu menjadi tempat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sedang berkembang di dunia.
·         Nilai kerjasama
o   Untuk menjalin suatu hubungan, perlu adanya kerjasama dalam bidang kehidupan masyarakat. Baik melalui bilateral/multilateral, regional/global.
·         Nilai saling menghargai
·         Tiap bangsa di dunia harus dapat menghargai kedudukan dan keberadaan bangsa lainnya, maka peperangan tidak akan pernah terjadi.
·         Nilai cinta perdamaian
·         Sejak berakhirnya perang dunia II, masalah perdamaian dunia merupakan masalah yang secara khusus ditangani oleh PBB.

Globalisasi masuk dan berkembang dengan begitu cepat. Dunia ketiga tidak bisa mengelak masuknya era globalisasi. Konsep globalisasi pada dasarnya mengacu pada pada pengertian ketiadaan batas antar negara. Konsep ini merujuk pada pengertian bahwa suatu negara tidak dapat  membendung sesuatu yang terjadi di negara lain. Pengertian ‘sesuatu’ tersebut dikaitkan dengan banyak hal seperti pola  perilaku, tatanan kehidupan, sistem perdagangan. Proses Globalisasi sebenarnya sudah dimulai sejak awal Indonesia mulai melakukan pembangunan. Arus Globalisasi mendapat perhatian yang serius dari berbagai negara  manakala teknologi, terutama informasi, komunikasi terus berkembang sedemikian cepat. Munculnya Globalisasi diikuti dengan munculnya pasar bebas atau liberalisme. Globalisasi menjadi sebuah tantangan dan juga ancaman  bagi negara-negara dunia ke tiga.Globalisasi muncul akibat modernisasi yang dilakukan oleh negara-negara maju. Padahal kondisi sosial, ekonomi, politik  negara berkembang atau negara dunia ketiga sangat berbeda  jauh dengan negara maju. Globalisasi sendiri bagi masyarakat  negara berkembang boleh dikatakan sebagai bentuk pemaksaan struktural. Yang menuntut  perubahan sosial, politik dan ekonomi suatu negara. Munculnya liberalisasi diikuti dengan  Industrialisasi , industrialisasi berkembang cepat di negara Indonesia, industrialisasi  menjadi sebuah bentuk-bentuk baru kapaitalisme baru.  Dimana muncul  kaum-kaum buruh  yang termaginalkan, karena diekspolitasi dibawah standar kemanusiaan. Imbas dari Industrialisasi  berdampak pada petani-petani yang terhisap tenaganya, karena petani menjadi penyuplai kebutuhan bahan mentah industri.
Untuk  itu  dibutuhkan suatu strategi yang matang, menyangkut peran dan fungsi negara dalam menyelamatkan kepentingan nasional. Salah satunya yaitu dengan postulat Ideologi yaitu Asas Kekeluargaan. Semenjak krisis berdampak pada menurunnya sebagian investor asing  untuk menanamkan modalnya  di Indonesia. Termasuk bantuan yang diberikan oleh IMF dan World Bank cuma setengah hati. Ekonomi Indonesia  diilustrasikan oleh Hall Hill sebagai the strange and sudden death of a tiger, harimau yang semula kuat  namun akhirnya mati secara mengejutkan. Keadaan demikian mengakibatkan industri  yang ada menjadi macet, bahkan sampai  berhenti total. Pabrik-pabrik berhenti beroperasi akibat minimnya sokongan bantuan lunak. Namun di tengah terjadinya krisis ekonomi  yang hebat tersebut  terdapat uasaha-usaha  kecil yang justru mampu bertahan. Usaha kecil tersebut mampu bertahan karena mereka telah terbiasa  mandiri. Tanpa mendapat bantuan lunak. Menurut Prof, Mubyarto, usaha kecil yang mampu bertahan ditengah krisis tersebut disebut dengan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat  yang ditandai dengan  usaha kecil dicirikan dengan kemandirian rakyat dalam menjalankan aktivitas perekonomian. Ekonomi rakyat justru  dapat menambah pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu mencapai 5 %. Sudden death, sebagai istilah yang banyak digunakan untuk memberikan analisis situasi perkonomian Indonesia  yang nayata-nyata tak terbukti. Sebalikanya roda perekonomian  rakyat bisa bertahan dan berjalan. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan idustri yang melibatkan komponen impor. Dalam hubungannya antara negara maju dan negara berkembang bukanlah kerja sama, melainkan model-model penghisapan. Hal ini menyebabkan kemunduran negara berkembang  atau menurut Andre Gunder Frank  , disebut dengan the Underdevelopment. Negara maju tidak mendorong negara-negara dunia ketiga untuk mengejar ketertinggalan, sebaliknya negara maju menciptakan ketergantungan.
Pada kenyataannya globalisasi dan liberalisasi perdagangan di era sekarang  adalah keniscayaan yang tak bisa dihindari. Negara indonesia tidak dapat untuk menolaknya, untuk itu  memerlukan strategi untuk mengahadapi passr bebas. Sehingga bangsa Indonesia tidak lagi merasakan krisis panjang, yang mengakibatkan kebangkrutan Indonesia. Langkah awal mengahadapi globalisasi, negara Indonesia  perlu mengajak masyarakat Indonesia  untuk  mengembalikan  asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan  ini tak selayaknya  sebagai relasi kekerabatan yang mengakibatkan berkembanganya nepotisme. Seharusnya kekeluargaan asas yang dilandasi dengan kepercayaan dan persaudaraan. Landasan tersebut dapat mendorong terbentuknya semangat dan solidaritas antar warga negara yang diwujudkan  dalam pembangunan ekonomi rakyat, dari tahap   perencanaan sampai distribusi hasil. Maka dapat membuat fundamen yang  kuat dan kokoh. Termasuk perdagangan antar provinsi yang mengurangi ketergantungan terhadap komponen import.



\\





C.  Pengaruh Globalisasi terhadap Identitas Nasional.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat di Indonesia. Pengaruh itu dapat dilihat sebagai berikut :
·         Pengaruh Positif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :

a.       Globalisasi di bidang politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan dijalankan secara akuntabel, transparan dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa menjadikan rasa bangga terhadap Negara Indonesia menjadi meningkat.

b.      Globalisasi dalam bidang ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

c.       Globalisasi dalam bidang sosial budaya, dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal bangga kita terhadap bangsa.

d.      Globalisasi dalam dunia pendidikan, memberikan informasi tentang ilmu pengetahuan dari belahan bumi yang lain melalui internet maupun discovery televisi, sehingga pendidikan akan menjadi maju dan mampu bersaing dengan negara maju lainnya, karena ilmu/pengetahuan yang diperoleh hampir sama.

·         Pengaruh Negatif dari Globalisasi terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara :
1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.

2.      Globalisasi di bidang ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk-produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) menjamur di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

3.      Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat seperti seks bebas dikalangan remaja , yang saat ini dianggap bukan hal yang tabu lagi, perkembangan pornografi yang dengan kemajuan teknologi yang canggih banyak dikonsumsi oleh anak dibawah umur dengan bebas dan mudah mendapatkannya, tingkat peggunaan obat-obat terlarang yang sangat memprihatinkan dan bahkan negara Indonesia dijadikan objek pasar dari penjualan obat terlarang internasional.

4.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

5.      Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

6.      Perusahaan-perusahaan dalam negeri tidak mampu bersaing dengan perusahaan multinasional yang ada di negara kita, karena kualitas sumber daya manusia dan peralatannya lebih canggih dibandingkan perusahaan dalam negeri kita. Sehingga yang menguasai pasar lebih banyak produk dari perusahaan multinasional, yang dianggap produknya lebih berkualitas oleh masyarakat.

Suka atau tidak suka, globalisasi adalah fakta yang harus dihadapi. Belum pernah dalam sejarah terdapat suatu negara yang mampu secara konsisten menghadapi globalisasi dengan menutup diri. Isolasi hanya mengakibatkan terhambatnya pertukaran gagasan dan teknologi yang mengakibatkan kemunduran. Cina merupakan contoh paling klasik. Politik isolasi China dimulai ketika teknologi navigasi kelautan dipandang mulai memberikan ancaman sebagai sumber masuknya pengaruh asing. Namun pada akhir abad ke-19 China yang lemah dalam hal teknologi dan ekonomi tidak mampu menahan penggerogotan yang dilakukan kekuatan-kekuatan asing. kemudian muncul lah glokalisasi. Glokalisasi adalah salah satu konsep yang ikut berkembang bersama globalisasi adalah glokalisasi. Istilah glokalisasi dipopulerkan oleh

Roland Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi “Globalization and Indigenous Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian produk global dengan karakter lokal. Ada juga yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir global bertindak lokal. Menurut Eko Budiarjo guru besar Universitas Diponegoro glokalisasi adalah glokalisasi dengan cita rasa lokal.glokalisasi dimaknai dengan munculnya interpretasi produk-produk global dalam konteks lokal yang dilakukan oleh masyarakat didalam berbagai wilayah budaya. Interpretasi lokal masyarakat tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya pergeseran makna atas nilai budaya. Dalam proses glokalisasi medium bahasa juga di pergunakan.
Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai yang dulunya sangat dominan pada kalangan masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati, sekarang sudah menjadi barang yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi terhadap masyarakat yang ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya akan mensinergikan budaya-budaya “Timur” Indonesia terhadap budaya “Barat” yang cenderung kepada Liberalisme dalam usaha pencapaian Glokalisasi yang meminimalisasi bahkan menghilangkan budaya-budaya Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan kesopanan.



BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Untuk dampak globalisasi itu sendiri adalah bagaimana kita menyikapinya dengan cara dan berbuat seperti apa karana tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Identitas Nasional Bangsa kita sudah mulai tergeser oleh Globalisasi kebaratan, moral dan etika bangsa kita yang ketimuran semakin hari semakin terkikis, bukan hanya tentang moral dan etika saja, tapi Globalisasi juga mengkikis berbagai aspek Identitas Nasional Kita Indonesia. Sedangkan bisa kita ketahui sendiri bahwa Identitas Nasional bangsa Indonesia adalah Pancasila yang semakin hari pun mulai tenggelam oleh sesuatu nama yang sangat pasti menelan Identitas Bangsa kita yaitu adalah Globalisasi, untuk itu penting sekali mempertahankan segala sesuatu tentang identitas ini agar bangsa kita mempunyai sebuah keberbedaan dengan bangsa lain dan tetap menjadi bangsa Indonesia seutuhnya  tidak terpengaruh oleh Globalisasi yang pada zaman sekarang sedang hangat di bicarakan oleh masyarakat luas di dunia. Yang sangat berpengruh dalam Identitas Nasional sendiri dan  riskan  adalah bahasa, walaupun kita mengetahui tentang bahasa Indonesia adalah pemersartu bangsa dan bahasa persatuan tapi nyatanya terdapat kelas-kelas yang terbagi dalam kesukuan itu sendiri di setiap daerah, contohnya jika kita berada di daerah Sumatra kecenderungan penggunaan bahasa daerah lebih kuat dibandingkan bahasa pemersatu bangsa dan bukan hanya di Sumatra diseluruh daerah pun berlaku seperti itu.



B.     SARAN
Identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat membedakannya dengan bangsa lain. Jadi, untuk dapat mempertahankan keunika-keunikan dari bangsa Indonesia itu sendiri maka kita harus menanamkan akan cinta tanah air yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap atura- aturan yang telah ditetapkan serta mengamalkan nilai-nilai yang sudah tertera dengan jelas di dalam pancasila yang dijadikan sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan keunikan inilah, Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan dengan bangsa lain dan itu semua tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan perjuangan dari warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya.
























DAFTAR PUSTAKA



http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses pada tanggal 29 OKTOBER 2014)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konflik Antar Suku di Papua dan Peran Generasi Muda dalam Menyelesaiaknnya

Makalah Hadits : Perilaku Terpuji